Cobaan Nabi Ayub Silih Berganti
Para Malaikat di langit terkagum-kagum dan sama membicarakan ketaatan Nabi Ayub dan keikhlasannya dalam beribadah kepada Allah. Iblis yang mendengar pembicaraan itu merasa iri dan ingin menjerumuskan Ayub agar menjadi orang yang tidak sabar dan celaka. Pertama Iblis mencoba sendiri menggoda Nabi Ayub agar tersesat dan tak mau bersyukur kepada Allah, namun ia gagal, Nabi Ayub tak tergoyahkan. Iblis kemudian menghadap Allah meminta izin untuk menggoda Nabi Ayub : “Wahai Tuhan, sesungguhnya Ayub
senantiasa patuh dan berbakti menyembah-Mu, senantiasa memuji-Mu, tak
lain hanyalah karena takut kehilangan kenikmatan yang telah Engkau
berikan kepadanya. Semua ibadah tidak ikhlas dan bukan karena cinta dan
taat kepada-Mu. Andaikata ia terkena musibah dan kehilangan harta benda,
anak-anak dan istrinya belum tent ia akan taat dan tetap ikhlas
menyembah-Mu.
Allah berfirman kepada Iblis : “sesungguhnya Ayub adalah hamba-Ku yang sangat taat kepada-Ku, ia seorang mu’min yang sejati. Apa yang ia lakukan untuk mendekatkan diri kepada-Ku adalah semata-mata didorong iman dan teguh kuat dan taat yang bulat kepada-Ku. Iman dan takwanya takkan tergoyah oleh perubahan keadaan duniawi. Cintanya kepada-Ku dan kebajikannya tidak akan menurun dan menjadi berkurang walau ditimpa musibah apapun yang melanda dirinya dan hartanya. Ia yakin bahwa apa yang ia miliki adalah pemberian-Ku yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut dari padanya atau menjadikannya berlipat ganda. Ia bersih dari segala tuduhan dan prasangkamu. Engkau tidak rela melihat hamba-hamba-Ku anak cucu Adam berada di atas jalan yang lurus. Untuk menguji keteguhan hati Ayub dan keyakinannya pada takdir-Ku. Kuizinkan kau menggoda dan memalingkannya dari-Ku. Kerahkanlah pembantu-pembantumu untuk menggoda Ayub melalui harta dan keluarganya. Cerai beraikanlah keluarganya yang rukun damai sejahtera itu. Lihatlah sampai dimana kemampuanmu untuk menyesatkan hamba-Ku Ayub itu.”
Demikianlah, iblis dan para pembantunya kemudian mulai menyerbu keimanan Ayub. Mula-mula mereka membinasakan hewan ternak peliharaan Ayub. Satu persatu hewan-hewan itu mati bergelimpangan disusul lumbung-lumbung gandum dan lahan pertanian Nabi Ayub terbakar dan musnah. Iblis mengira Ayub akan berkeluh kesah setelah kehilangan ternak dan lahan pertaniannya itu, namun Ayub tetap berbaik sangka kepada Allah. Segalanya ia serahkan kepada Allah, harta adalah titipan Allah sewaktu-waktu dapat saja diambil lagi. Berikutnya Iblis dan pembantu-pembantunya mendatangai Putra-putra Nabi Ayub di gedung yang besar dan megah, mereka goyang-goyangkan tiang-tiang gedung sehingga gedung itu kemudian roboh dan anak-anak Nabi Ayub mati semua.
Iblis mengira usahanya berhasil menggoyahkan iman Nabi Ayub yang sangat menyayangi putra-putranya itu, namun mereka kecewa. Nabi Ayub tetap berserah diri kepada Allah, Nabi Ayub bersedih hati dan menangis tapi jiwa dan hatinya tetap kokoh dalam keyakinan bahwa jika Allah Yang Maha Pemberi menghendaki semua ini maka tak ada seorang pun mampu menghalangi-Nya. Selanjutnya iblis menaburkan baksil di sekujur tubuh Nabi Ayub sehingga beliau menderita sakit kulit yang menjijikkan. Keluarga dan tetangganya menjauhinya. Istri-istrinya banyak yang melarikan diri, hanya seorang yang setia mendampinginya yaitu Rahmah. Para tetangga Nabi Ayub tidak mau ketularan penyakit, sehingga mereka, terutama kaum ibu secara terang-terangan mengusir Nabi Ayub dari perkampungan.
Mereka pergi ke ujung desa, dekat pembuangan sampah. Namun di sana orang-orang yang tidak terima, mereka tetap mengusir Nabi Ayub. Maka pergilah Nabi Ayub dan Rahmah ke sebuah tempat yang sepi dari Manusia. Waktu tujuh tahun dalam penderitaan terus-menerus memang merupakan ujian berat bagi Nabi Ayub dan Rahmah. Namun Nabi Ayub bisa bersabar dan tetap berdzikir menyebut Asma Allah. Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, Rahmah terpaksa bekerja pada pabrik roti. Pagi berangkat sorenya kembali pulang ke rumah pengasingan. Namun lama-lama majikannya mengetahui jika Rahmah adalah istri Nabi Ayub yang berpenyakitan. Mereka khawatir Rahmah membawa baksil yang dapat menular melalui roti, maka Rahmah diberhentikan dari pekerjaannya. Rahmah yang setia ini masih memikirkan suaminya, ia meminta majikannya agar memberinya hutang roti. Majikannya menolak, majikannya hanya mau member roti jika Rahmah rela memotong gelung rambutnya yang panjang, padahal gelung rambut itu sangat disukai suaminya.
Rahmah akhirnya setuju, namun di rumah Nabi Ayub menyangka Rahmah telah menyeleweng padahal tidak, pada suatu hari, mungkin karena tidak tahan dalam penderitaan atau karena apa, Rahmah pamit meninggalkan suaminya, ia akan bekerja untuk menghidupi suaminya. Nabi Ayub melarangnya, namun Rahmah tetap pergi sembari berkeluh kesah. “Kiranya kau telah terkena setan, sehingga berkeluh kesah atas takdir Allah, “Kata Ayub kepada istrinya, “Awas kelak jika aku sudah sembuh kau akan kupukul seratus kali. Mulai saat ini tinggalkanlah aku seorang diri, aku tak membutuhkan pertolonganmu sampai Allah menentukan takdir-Nya. Setelah ditinggal Rahmah, satu-satunya orang yang masih menyayangi dan merawatnya kini Nabi Ayub hidup seorang diri. Di dalam kamarnya ia bermunajat kepada Allah : “Ya Allah, aku telah diganggu oleh setan dengan kepayahan dan kesusahan serta siksaan dan Engkau wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Allah menerima doa Nabi Ayub yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi cobaan. Berfirman Allah kepada Nabi Ayub : “Hantamkanlah kakimu ke tanah, dari situ air akan memancar dan dengan air itu kau akan sembuh dari semua penyakitmu. Kesehatan dan kekuatanmu akan pulih kembali jika kau pergunakan untuk minum dan mandi. Demikianlah, setelah Nabi Ayub minum dan mandi air yang memancar dari bawah kakinya, maka ia sembuh seperti sediakala. Sementara itu Rahmah yang telah pergi meninggalkan Nabi Ayub lama-lama merasa kasihan dan tak tega membiarkan Nabi Ayub seorang diri, ia datang menjenguk namun ia tak mengenali suaminya lagi, karena Nabi Ayub sudah sembuh dan keadaannya jauh lebih baik dari pada sebelumnya. Lebih sehat dan lebih tampan, Nabi Ayub gembira melihat istrinya kembali, namun ia ingat sumpahnya yaitu ingin memukul istrinya seratus kali, ia harus melaksanakan sumpah itu, kini ia bimbang, istrinya sudah turut menderita sewaktu bersama-sama dengannya selama tujuh tahun ini, akankah ia memukulnya seratus kali lipat.
Dalam kebimbangan datanglah Wahyu Allah yang memberikan jalan keluar, Firman Allah : “Hai Ayub, ambillah lidi seratus buah dan pukullah istrimu itu sekali saja, dengan demikian tertebuslah sumpahmu. “Ya dengan lidi seratus, dipukulkan pelan sekali, maka sumpahnya sudah terlaksana. Berkat kesabaran dan keteguhan imannya Nabi Ayub dikaruniai lagi harta benda yang melimpah ruah. Dari Rahmah ia mendapatkan anak yang bernama Basyar, dikemudian hari ia mendapat julukan Dzulkifli artinya : Punya sanggup. Dzulkifli akhirnya juga menjadi Nabi dan Rasul.
0 komentar:
Posting Komentar